Penyesalan Diujung Sebuah Kehidupan (CERPEN)


Cerita berawal dari Nadia kecil, yaitu  sejak ia berumur 6 tahun, Nadia sudah ditinggal kedua orang tuanya dirumah yang amat megah bak istana dinegeri dongeng bersama pembantu dan supir. Kedua orangtuanya selalu sibuk dengan pekerjaannya, sampai-sampai mereka lupa dengan hangatnya berkumpul bersama dengan keluarga kecilnya.
Nadia merupakan anak satu-satunya dari sepasang suami istri  kaya raya yang tinggal di Jl. Harapan  Rt 06 Rw. 08. Nadia gadis yang cantik, sopan santun, ramah, mengerti agama, pintar. Tetapi itu hanyalah dulu, hanya dulu dia mengerti agama. sewaktu Nadia masih duduk dibangku SMP. Sekarang, semenjak kedua orangtua Nadia sibuk dengan pekerjaannya yang mengharuskan mereka pergi keluar kota maupun negeri, Nadia menjadi terlantar dan tidak keurus. Maksudnya terlantar bukan karena Nadia tinggal di jalanan, namun Nadia kurang perhatian dan kasih sayang dari seorang Ayah dan Ibunya.
Sewaktu Nadia duduk dibangku SMA, lebih tepatnya di kelas 3 SMA.  Masih terbesit rasa iri di dirinya. Rasa iri yang selalu dia rasakan sejak berumur 6 tahun sampai sekarang ketika melihat  teman-temannya  selalu diantar jemput dan selalu dibawakan bekal oleh Ibu mereka, namun semenjak kedua orangtua Nadia sibuk dengan pekerjaannya, yang selalu mengantarkan Nadia ke sekolah adalah Pak Tejo, supir keluarga Nadia. Dan orang yang selalu membawakan bekal makanan untuknya hanyalah Mbok Minah, Seorang pembantu yang telah mengurus Nadia dari kecil. Hanya Pak Tejo dan Mbok Minah lah yang selalu ada dimanapun Nadia berada.
Hampir tiap malam Nadia menangis di dalam kamar. Nadia selalu memanggil-manggil nama Ayah dan Ibunya, namun yang selalu datang hanyalah Pak Tejo dan Mbok Minah. Ketika Nadia menangis, mbok Minah dan Pak Tejo  tidak tega melihatnya. Mereka berdua sudah menganggap Nadia seperti anaknya sendiri. Karena sepasang suami istri ini sudah lama menikah, namun tidak mempunyai keturunan.
Di umur Nadia yang sudah memasuki 17 tahun ini, Nadia merencanakan pesta kecil-kecilan dirumahnya untuk menyambut kedatangan kedua orangtuanya yang dia ketahui bahwa orangtuanya akan pulang. Karena ibunya sendirilah yang menghubungi dia.
Sinar matahari yang menghangatkan siapapun yang merasakannya, kini telah berubah dengan cahaya rembulan yang sangat sempurna, sepertinya bulan juga dapat merasakan kegembiraan yang sekarang Nadia rasakan.
Dikamar dengan warna serba pink , terlihat nadia duduk dikursi meja riasnya, dengan ditemani mpok minah yang berada disampingnya. Dia melihat bayangannya dicermin dengan senyum yang mengembang di bibirnya. Rambutnya  yang sebahu dan hitam dibiarkannya terurai. Nadia merapikan rambut yang menutupi wajahnya dengan menyelipkan rambut tersebut dibelakang telinganya. Menggenakan dress selutut berwarna cream yang membuatkannya terlihat anggun.
“subhanallah cantiknya non nadia ini, tuan sama nyonya besar pasti pangling lihat anaknya sekarang menjadi sangat cantik ” ucap mpok minah dengan logat jawanya yang membuat nadia terkekeh mendengarnya.
“kkkk, mpok bisa saja.”
“faktanya memang begitu non hehehe.” ucap mpok minah lagi dengan senyum.
“hehe terima kasih mpok pujiannya. Oh iya ngomong-ngomong mbok panggil nadia saja, jangan ada “non” nya. Soalnya mbok udah nadia anggap ibu kedua Nadia, bisa kan mbok ?” Nadia memegang tangan mbok minah.
Mbok minah mengangguk kemudian tersenyum.
“iya-iya” ucap mbok minah sambil mengusap pucuk kepala Nadia. Membuat Nadia langsung memeluk mbok minah.
“mbok minah sama pak tejo jangan tinggalin nadia ya, nadia sayang mbok sama pak tejo”
Lagi-lagi mbok minah hanya tersenyum.
“iya nadia, mbok sama pak tejo  gak ninggalin nadia, yasudah sekarang ayo turun,” ucap mbok minah lalu melepas pelukannya.
“ayo mbok,”
Nadia berdiri, melihat bayangannya dicermin lagi memastikan bahwa semuanya rapi. Kemudian keluar kamar dan mpok minah mengikutinya dibelakang.
Nadia, mpok minah dan pak tejo kini sudah berada di ruang utama rumah ini. Rumah yang kini dipenuhi bunga-bunga dan balon-balon yang merangkai sebuah tulisan yaitu Welcome ayah dan ibu. Dengan bantuan mpok minah dan pak tejo, Nadia sengaja membuat semua  ini, karena malam ini adalah pertemuan pertama nadia dengan kedua orangnya setelah ulang tahunnya yang kelima. Nadia duduk di sofa ruang tamu dengan memegang sebukat bunga mawar yang memang  dia rangkai sendiri.
Waktu terus berjalan, kini  jam telah menunjukkan pukul 09..00 malam. kedua orangtua Nadia belum ada tanda-tanda pulang. Nadia masih menunggu, menunggu dan menunggu.
Kini Jam telah menunjukkan pukul 00:00 malam. Namun, kedua orangtuanya masih belum ada tanda-tanda pulang. Mengambil ponsel genggamnya, melihat apakah ayah atau ibunya ada menghubunginya. Ternyata nihil. Tidak ada telfon ataupun sms dari mereka.
“mbok, apa ayah dan ibu bohong kepadaku ?” ucap nadia dengan nada lemah dengan sorot mata yang memancarkan kekecewaan.
Mpok minah diam, karena dia bingung bagaimana harus menjawabnya. Karena ia tau kalau nadia sekarang kecewa.
Melihat mbok minah hanya diam, nadia beralih menanyakan hal yang sama kepada pak tejo.
“pak tejo, apa ayah dan ibu bohong kepadaku ?”
Sama seperti mpok minah, pak tejo pun hanya diam.
“mbok, pak kenapa kalian hanya diam saja ?” ucap nadiamemandang mereka bergantian.
“iyakan ? mereka hanya bohong kepadaku, iyakah mbok?” timpal nadia lagi dengan menggoyangkan bahu mbok minah dengan butiran Kristal yang telah mengalir dari pelupuk matanya.
“mbok, aku benci mereka, aku kecewa dengan mereka,” tangis nadia semakin menjadi
Melihat nadia yang menangis, mbok minah tak kuasa melihatnya dan langsung memeluk nadia dengan tangis.
“mbok…nadia benci mereka hiks hiks”
Mbok minah mengusap kepalanya, lalu menyeka air matanya sendiri. Melepas pelukannya dan menatap nadia dengan intens.
“nadia kamu tidak boleh begitu, bagaimana pun juga mereka orang tuamu, mereka mungkin ada urusan mendadak jadi tidak sempat kesini dulu.”
“tapi mbok, aku ini anaknya, kenapa mereka tega kepadaku ? kenapa mereka tidak menghubungi aku kalau mereka memang ada urusan ? aku sudah lama menunggu mereka pulang. Apa mereka tidak tau bagaimana rasanya menjadi aku ? hidup tanpa adanya kasih sayang dari kedua orang tua hiks, aku iri dengan teman-temanku mbok, yang setiap hari merasakan hangatnya berkumpul bersama keluarga hiks.”
Mbok minah masih terdiam lalu menangkup wajah nadia dan menyeka air mata nadia dengan jari jempol nya yang keriput.
“sekarang sudah malam, ayo tidur. Besok pagi mbok masakan makanan kesukaan nadia lah,” ucap mbok minah mengalihkan pembicaraan, agar nadia tidak larut dalam kekecewaannya kepada kedua orang tuanya.
Nadia berhenti menangis dan mengangguk.
“ayam semur ? tempe bacem, sambel terasi ? serius mbok mau buatkannya ?”
“iya ndok,” mbok minah tersenyum”
Nadia pun pergi kekamarnya, mbok minah dan pak tejo yang melihatnya hanya tersenyum.
“ayo pak, kita juga tidur”

Hari ini hari minggu, ketika Nadia membuka kedua matanya, terbesit lagi dipikirannya “akankah Ayah dan Ibu sudah pulang?”. Nadia bergegas cepat menuju kamar kedua orangtuanya itu. Namun, yang dilihatnya adalah sebuah ruangan rapi, bersih dan wangi yang sudah lama tidak ada yang menempati. “apa ayah dan ibu semalam tidak pulang lagi ke rumah?” dengan muka sebal Nadia menghampiri mbok Minah didapur.
“mbok, apa ibu dan ayah semalam tidak pulang lagi?” tanya Nadia dengan wajah kesal.
Mbok minah mencoba mencerna pertanyaan nadia. Mbok minah merasa ada yang aneh dengan nadia pagi ini, semalam dia menangis dan bertanya apakah kedua orang tua nya bohong, namun kenapa pagi dia menanyakan hal yang beda ? begitulah benak mbok minah.
mbok minah tidak ingin mengingat kejadian semalam, dan menjawab pertanyaan nadia.
“semalam ibu telepon, katanya Ibu dan Tuan ada pekerjaan diuar kota untuk beberapa minggu ini, memang nya kenapa ndok?” mbok minah menjawab pertanyaan Nadia sambil membuatkan sarapan pagi yang mana semalam sudah mbok minah bilang ke nadia.
“enggak apa-apa mbok, aku cuma kangen dengan ayah dan ibu. Sudah lama aku tidak melihat wajah mereka dan sudah lama juga aku tidak merasakan belaian tangan mereka yang penuh dengan kasih sayang,” Nadia menjawab pertanyaan mbok Minah dengan meneteskan air mata.
“sudah ndok, kan ada mbok dan Pak Tejo yang selalu ngejagain kamu. Kami berdua sudah menganggap kamu seperti anak sendiri” Mbok Minah segera memeluk Nadia, karena Nadia sangat kesepian ditinggal kerja oleh kedua orang tuanya.
Rencana kecil Nadia itu seakan-akan hilang diterpa angin, ketika mendengar bahwa kedua orang tuanya pergi ke luar kota. Nadia hanya bisa menangis dan terus menangis dengan kondisinya seperti ini.
 “mengapa kau  memberikan cobaan kepadaku ya Allah. Mengapa kau memberiku takdir untuk hidup di keluarga yang seperti ini. Kini aku sangat terpukul, karena kedua orang tuaku tidak menyayangiku lagi. Akankah ini azab dari-Mu? Sungguh aku membenci semua kondisiku sekarang ini”. Nadia selalu mengucapkan kata-kata itu disetiap waktu.
Ketika Nadia lulus SMA dan  masuk kuliah. Kedua orang tua kini sudah menetap dirumahnya, namun tidak sepenuhnya dirumah. Mereka pulang malam pergi pagi. Sampai-sampai, Nadia pun lupa akan wajah mereka. Mungkin, dulu ketika Nadia masih kecil, Nadia masih bisa menerima kondisi keluarganya. Namun, setelah Nadia semakin besar, serta  Mbok Minah dan Pak Tejo pulang ke kampung, akibat sudah terlalu lelah untuk bekerja, Nadia berubah menjadi pemberontak. Nadia yang dulu berubah menjadi Nadia yang sekarang yang hidup di dunia gelap.
Semenjak Mbok Minah dan Pak Tejo pergi meninggalkan rumah besar itu, Nadia tidak ada yang mengurus. Kedua orang tua nya sangat-sangat sibuk dengan pekerjaannya, sampai-sampai Nadia pulang malam dan keluar masuk tempat malampun kedua orang tuanya tidak mengetahuinya.
 “Betapa ceroboh dan lalainya mereka menjadi seorang ayah dan ibu, sampai-sampai kelakuan anaknya saja mereka tidak tahu” ucap salah satu tetangga yang selalu melihat Nadia seperti itu .
Setiap malam  Nadia selalu di jemput oleh laki-laki dengan mengendarai sebuah mobil berwarna hitam. Lelaki itu adalah Rudi, kekasih Nadia. Rudi selalu menjemput Nadia seusai adzan  maghrib di masjid, dan Rudi selalu mengantarkan Nadia pulang kerumah ketika adzan subuh. Hal seperti ini selalu mereka lakukan setiap harinya.
Hari ini hari sabtu, dimana kalender menunjukkan hari ini tanggal merah. Ayah dan ibu Nadia kebetulan tidak bekerja. Niat baik kedua orang tua ini adalah, menghabiskan waktu liburan dirumah bersama anaknya, Nadia. Namun, semua itu sirna begitu saja, ketika dia mengetahui kalau anak perempuannya belum kunjung pulang kerumah. 
“ayah, kenapa nadia jam segini belum pulang ya,” ucap ibu nadia dengan ekspresi cemas.
Ayah nadia melihat arloji yang melekat ditangan kanannya.
            “ayah juga tidak tau bu. Nadia tidak ada memberi kabar nelfon atau sms ?”
            Ibu menggeleng.
“tidak ada yah,”
“Ishh benar-benar kemana perginya anak itu, tidak memberi kabar atau apapun kepada orang tuanya.” Ucap ayah nadia dengan nada geram.

Ditunggunya dari pagi sampai ketemu malam lagi, namun Nadia belum juga pulang kerumah. Akhirnya ponsel ibu nadia bordering. Menampilkan sebuah nama orang yang mereka tunggu daritadi. Ibu nadia bergegas mengangkat telfon nadia. Digesernya tombol telefon yang berwarna hijau kekanan.
“Hallo nadia, kamu dimana nak? Kenapa baru sekarang baru menelfon ? ayah dan ibu menunggu mu dari tadi. Ayah dan ibu khawatir  denganmu nak.
“aku sekarang dirumah teman bu, dan maaf, sepertinya malam ini aku tidak pulang, aku akan  menginap dirumahnya.”
“menginap ? tidak ibu tidak mengijinkanmu, ibu rindu denganmu nak. Cepat pulang ya.”
“Maaf  bu, nadia juga rindu sama ibu dan ayah, tapi nadia menginap karna lagi ngerjakan tugas kuliah.”
Ayah nadia yang melihat ekspresi ibu nadia yang sedih, langsung merebut ponselnya.
“biar ayah yang bicara dengannya.”
Ibu mengangguk.
“hallo nadia, ini ayah. Ayah dengar kamu tidak bisa pulang karna mau menginap dirumah teman ?”
“iya ayah, itu benar. Ayah jangan khawatir. Teman nadia cewek kok, namanya silvi. Udah dulu ya yah, nadia mau ngerjakan tugasnya dulu. Dadah  ayah.”
Nadia menutup telfonnya.
“bagaimana yah ? nadia mau pulang kah ?
“tidak bu, yasudah biarkan saja dia. Toh itu juga berhubungan dengan kuliahnya kan.”
“tapi ibu kangen yah,”
“kita bisa bertemu dengannya lain waktu, sekarang ayo tidur. Besok kita harus pergi ke batam kan. Lagian  nadia sudah besar, pasti dia bisa menjaga dirinya sendiri.
 Kedua orang tua ini  sudah tidak merasakan kecemasan ketika Nadia sudah memberikan kabar. Kedua orang tua ini tidak mengetahui, bahwa kabar yang barusan mereka dengar tentang anaknya itu,  hanyalah kabar bohong. Karena sebenarnya anak mereka sedang berada di hotel bersama kekasihnya, yaitu Rudi. Nadia dibawa ke hotel karena dia sedang mabuk, dia tidak berani pulang kerumah, karena dirumah ada ayah dan ibunya. Nadia takut dimarahi oleh orang tuanya itu jika tau kalau dia mabuk dan diantar kerumah malam-malam dengan laki-laki.

Hari sudah pagi, Nadia masih tertidur lemas diatas kasur. Dilihatnya Rudi berada di sampingnya. Gadis remaja ini lekas membersihkan badan dan pergi kuliah. Karena sudah banyak sekali dia absen bolos kuliah.
Ketika sampai, Nadia bergegas ke kalas nya. Disana dia sudah ditunggu oleh dosen mata kuliah IPS. Dosen ini sangat terkenal akan galaknya. Ketika sampai dikelas, Nadia di panggil dosen ini untuk pergi keruangannya. Dosen ini kelihatannya sangat marah sekali dengan absen nya Nadia. Karena disetiap mata pelajarannya, Nadia tidak pernah masuk. Selama 1 semester, Nadia hanya masuk 4x dalam mata kuliah IPS. Betapa marahnya dosen ini melihat kelakuan Nadia. Nadia hanya terdiam, dia tidak bisa melawan ataupun mengelak. Mulutnya serasa di beri lem mendadak, karena dia sama sekali tidak bisa menjawab segala pertanyaan dosen itu.
“ hampir lama Nadia berada didalam ruangan dosen itu, sebenarnya apa yang sedang terjadi?” tanya Silvi, salah satu kerabat dekatnya Nadia kepada teman-teman yang lainnya. Namun mereka semua hanya menggelengkan kepala saja, karena mereka semua tidak mengetahui kejadian sebenarnya.
Akibat kejadian ini, dosen tadi memanggil kedua orang tua Nadia untuk membicarakan masalah ini. Betapa marahnya ayah Nadia, ketika dosen itu memberitahu, jika Nadia sering membolos kuliah. Orang tua ini sangat-sangat marah kepada Nadia, sampai-sampai Nadia di pukuli diruangan dosen itu. jerit tangis kesakitan selalu di ucapkan gadis ini disetiap pukulan yang di berikan kepadanya.
“ayah dan ibu selalu bekerja keras untuk kamu, tetapi kamu malah mengecewakan ayah dan ibu”  Lelaki tua itu mengucapkannya dengan nada keras dan emosi.
“aku tidak butuh uang kalian, harta kalian dan semua kemewahan yang kalian berikan kepadaku. Aku hanya membutuhkan kasih sayang dari seorang ayah dan ibu, yang selalu kalian berikan sewaktu aku masih kecil. Dan sekarang, kalian hanya memberikan kesibukan dan dunia yang seperti neraka ini kepadaku”
Nadia menjerit dan menunjuk-nunjuk kedua orangtuanya serta membalas ucapan ayahnya tadi.
Dosen itu merasa kaget dengan apa yang dialami Nadia. Dia tidak menyangka jika Nadia seperti ini. Dosen itu pikir, Nadia sangat bahagia dengan segala kekayaan yang telah diberikan oleh kedua orang tuanya. Namun, pikiran dosen itu salah. Nadia sangat membenci dunianya. Bahkan Nadia juga membenci kedua orangtuanya. Dengan kesalnya Nadia langsung pergi dari ruangan dosen itu dengan meninggalkan kedua orang tuanya itu. Nadia mengunjungi tempat dimana dia selalu menghabiskan malam bersama Rudi, yaitu disalah satu tempat malam yang berada di dekat kampusnya. Disana Nadia tidak melihat Rudi,  yang dilihat hanyalah teman-teman Rudi yang sedang asyik dengan wanita-wanitanya.
Sambil meminum sebotol alkohol, Nadia menghembuskan asap rokok dari mulut dan hidungnya. Dia menunggu Rudi, kekasihnya. Namun, rasa tidak enak terasa di perutnya. Rasa mual-mual pun muncul. Gadis dengan menggunakan dress ini segera berlari menuju kamar mandi. Dikeluarkan semua rasa mualnya itu di toilet. Namun, gadis ini hanya mengeluarkan sedikit cairan-cairan dari mulutnya.
Nadia pulang kerumah dengan kondisi mabuk sekitar jam 2 malam. Dia pulang sendirian tanpa ada yang mengantarnya. Ketika ibu Nadia membukakan pintu, ternyata ibunya langsung syok melihat kelakuan anaknya selama ini. Ternyata Nadia setiap hari suka keluyuran sampai jam segini.Tanpa sadarnya, Nadia telah mendorong ibunya dan masuk ke kamar.
Keesokan harinya, Nadia merasakan mual-mual lagi. Dia heran, semenjak kejadian pada malam itu, Nadia terus menerus merasakan mual.
Jerit tangis gadis usia 19 tahun ini ketika mengetahui bahwa dia hamil. Terdengar dari rumah besar ini tangisannya. Kedua orang tua Nadia berlari ke kamar mandi, ketika mereka mendengar pecahan kaca dan jeritan tangis kesakitan Nadia. Dihampirinya langsung ke kamar mandi, dimana Nadia sedang mengurungkan diri.
Semakin lama, malah semakin terdengar suara jerit kesakitan Nadia, ayah Nadia panik takut anaknya terjadi apa-apa di dalam. Dengan jentel nya, lelaki tua ini mendobrak pintu kamar mandi dengan sekuat tenaga. Ketika pintu sudah terbuka, perempuan dan laki-laki yang sudah mulai tua ini melihat anaknya sedang mencoba bunuh diri. Kedua orangtua ini melihat anaknya menggenggam sebuat alat pengecek kehamilan, ketika dilihat ternyata anaknya ini positif hamil. Betapa hancurnya hati seorang ibu ini, saat melihat anaknya sudah mengandung akibat kenakalan yang sudah diperbuat. Si ibu langsung pingsan melihat semua kondisi ini. Si ayah langsung membawa si ibu pergi ke kamarnya.
Melihat kondisi ayah dan ibunya yang sudah semakin tua itu, Nadia sangat-sangat kecewa. “Apa yang sudah aku lakukan selama ini. Betapa kotor nya aku sekarang ini. Harapanku, harapan kedua orang tuaku dan semua cita-citaku, kini hancur sudah. Semua ini hancur karena diriku. Diriku yang tak pernah bisa menjadi orang baik, diriku yang tak pernah bisa untuk menjadi apa yang orang tuaku inginkan. Andai, aku selalu menaati perintah dan larangannya, pasti aku tidak mungkin seperti ini. Aku benar-benar bodoh sekali, karena aku sudah menjadi seperti ini”. Lagi-lagi hanya menangis, menangis, dan menangis yang Nadia lakukan. Banyak sekali penyesalan yang selalu dia lontarkan di depan ayah dan ibunya itu. “namun, nasi sudah menjadi bubur. Dan bubur itu, sudah tidak bisa berubah menjadi nasi lagi. Walaupun bisa, tidak akan sempurna seperti sedia kala”. Ucap ayah satu anak ini dengan nada emosi.
Nadia berusaha mencari-cari Rudi, namun dia tidak pernah menemukan Rudi. Kini usia kehamilannya sudah menginjak 4 bulan. Kini perutnya pun sudah mulai membesar. Betapa malunya keluarga ini menanggung semua beban penderitaan, ejekan dan hina’an semua orang akibat ulah anaknya.
Ketika kandungan Nadia berusia 7 bulan, Nadia bertemu dengan Rudi. Dilihatnya lelaki yang sudah menghabiskan dia dimalam itu, sedang bersama perempuan lain. Ditamparnya pipi kiri laki-laki itu dengan tangan kanan Nadia. Namun, lelaki itu malah menganggap Nadia orang gila. “bagus, bagus sekali kamu sekarang Rud. Dulu, kamu bersamaku. Sekarang bersama perempuan ini” sambil mendorong badan perempuan cantik yang sedang bersama Rudi.
Rudi malah mendorong Nadia, Nadia pun terjatuh di badan jalan. Ketika dia jatuh, dari arah selatan terdapat mobil dengan laju cepat dan menabraknya begitu saja. Dengan badan yang berlumur darah, wanita malang ini dibawa kerumah sakit oleh warga sekitar.
Sesampainya dirumah sakit, nyawa anak yang dikandungnya sudah tidak terselamatkan. Kedua orangtua Nadia bersama mbok Minah dan pak Tejo segera mendatangi Nadia dirumah sakit. Wanita malang ini sempat tersadarkan diri, ketika kedua orangtuanya dan kedua orang yang selalu mengurusnya diwaktu kecil itu hadir disamping dia. “ibu, ayah.. maafin Nadia. Nadia benar-benar telah membuat dosa yang sangat besar kepada ibu dan ayah. Maafin Nadia juga tidak bisa menjadi anak kebanggaan ibu dan ayah, maafin Nadia sudah jadi anak durhaka dan beban dikeluarga ini. Sekali lagi Nadia meminta maaf kepada ayah dan ibu. yang Nadia butuhkan sekarang, adalah ridho dan keikhlasan ayah dan ibu, agar Nadia bisa hidup tenang di alam sana” Sambil terbata-bata wanita ini meminta maaf kepada orangtuanya.
“mbok, pak.. tolong jagain ibu dan ayah ya. Jangan sampai ibu dan ayah sakit karena kelelahan kebekerja. Selalu rawat ibu dan ayah sebagaimana kalian dulu merawat saya.Sekali lagi, tolong jagain ayah dan ibu, agar aku bisa tenang di alam sana
Setelah mengucapkan pesan ini, Nadia merasa kesakitan. Dia sakit, karena malaikat ingin mencabut nyawanya. Kedua orangtua Nadia membisikkan kalimat syahadat ke bagian kuping anaknya itu. perlahan-lahan Nadia mengikutinya. Berkali-kali Nadia mengucapkan syahadat dan menyebut-nyebut nama Allah dari mulutnya itu dengan terbata-bata. Pas yang ke 10x, Nadia menghembuskan napas terakhirnya dirumah sakit itu. semua orang menangis akibat kepergian Nadia.
Seusai pemakaman Nadia, mbok Minah menemukan selembar kertas dengan tulisan yang tergeletak di atas meja kamarnya Nadia.
Isi suratnya :
Untuk : Ayah, Ibu, Mbok Minah dan pak Tejo
“ayah, ibu, mbok minah, pak tejo.. jaga diri kalian baik-baik ya.
Sebelum Nadia pergi mencari Rudi, Nadia menuliskan surat ini untuk kalian semua. Maafkan Nadia sudah merusak semua harapan kalian termasuk ayah dan ibu.  Nadia bangga sama kalian berdua, kalian sudah menjadi seorang ayah dan ibu yang baik untuk Nadia. Nadia sadar, selama ini kalian berdua sangat menyayangi Nadia dengan cara, mencari uang untuk membiayai semua kehidupan Nadia.
Untuk mbok minah dan pak tejo, Nadia mengucapkan banyak-banyak terimakasih, karena kalian berdua sudah bersusah payah mengurus Nadia dan mangapdi pada keluarga ini. Walaupun gajih kalian berdua tidak seberapa dibandingakan pengorbanan kalian untuk keluarga ini.  Sekali lagi Nadia ucapkan terimakasih untuk semua orang yang Nadia sayang dan sayang sama Nadia. Jaga diri kalian baik-baik ya, takutnya Nadia pergi mencari Rudi bukan untuk sementara waktu, Tetapi selamanya,
Selamat tinggal, Nadia selalu sayang sama kalian semua“

Salam manis

Nadia

Isi dari surat itu adalah kata-kata maaf Nadia untuk Ayah, Ibu, mbok Minah dan pak Tejo.
Mereka tidak menyangka jika Nadia meninggalkan mereka terlebih dahulu. Nadia meninggal di usia muda, yaitu 20 tahun.  Dia meninggal akibat ditabrak oleh mobil yang melaju kencang. Semenjak kepergian Nadia, kedua orangtua Nadia , mbok Minah dan pak Tejo tinggal di panti jompo dekat rumah Nadia. Karena melihat kondisi mereka yang semakin tua dan keterbatasan kemampuannya.



SELESAI


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Al-Mabadi’ Al-‘Asyarah dalam Fiqih dan Ushul Fiqih

Karakteristik Perkembangan dan Pertumbuhan Fiqih dan Ushul Fiqih dalam Sejarah